Selamat Datang di Tallinn

Setelah bubarnya Uni Soviet, ada perubahan signifikan terhadap peta negara-negara di Eropa. Di awal dekade 90an banyak negara-negara yang mendeklarasikan kemerdekaannya khususnya di Eropa Timur. Estonia adalah salah satunya. Estonia mungkin tidak menjadi tujuan utama wisata Eropa bagi kebanyakan orang. Alasan utamanya bisa jadi karena ketidaktahuan eksistensi negara ini. Namun ada banyak pengalaman menarik ketika kami memutuskan mampir ke Tallinn, ibukota Estonia. Tallinn hanya berjarak sekitar 70 Km dari Helsinki. Memang tidak mungkin bisa mengetahui secara mendalam suatu negara hanya dengan mengunjungi ibukotanya selama 2 hari. Tapi sekali lagi ada perspektif baru yang kami dapatkan setelah mengunjunginya.

12 Februari 2014

Tallinn hanya sekitar dua setengah jam perjalanan ferri dari Helsinki, Finlandia. Ada beberapa perusahaan penyebrangan yang melayani jalur Helsinki – Tallinn. Setelah membandingkan beberapa perusahaan, saya memutuskan memilih Eckero Line yang paling murah di antara yang lain. Tiket bisa dibeli secara online. Pada perjalanan kami kali ini, harga tiket per orang adalah 19 Euro.

 

Port of Helsinki

Menurut wikitravel, Eckero Line hanya mempunyai satu buah kapal. Nama kapalnya adalah Finlandia. Ini adalah kapal terbesar yang pernah saya naiki. Kapasitas kapalnya adalah 2000 penumpang. Kapal raksasa ini punya berbagai fasilitas. Jika mau, ada kamar-kamar yang bisa disewa jika memilih untuk tidur pendek untuk perjalanan singkat ke Tallinn. Di bagian depan kapal ada bar besar dengan panggung musik dan jendela besar yang menghadap ke arah kapal melaju. Ada juga supermarket, restoran dan beberapa toko di dalam kapal. Yang juga cukup penting, di lobi kapal terdapat loker tas yang bisa digunakan dengan membayar menggunakan uang koin. Cukup praktis untuk penumpang yang ingin berjalan-jalan di dalam kapal tanpa repot membawa barang bawaannya.

Freezing Sea

 

Si Raksasa Finlandia

Ferri menuju Tallinn berangkat dari Port of Helsinki West Terminal. Tram akan mengantarkan kita tepat di depan pintu masuk terminal. Jika sudah membeli tiket online, kita tinggal menuju ke ruang tunggu setelah memvalidasi tiket yang sudah kita print ke petugas yang berjaga. Jika kapal sudah siap, maka penumpang akan dipanggil ke gerbang keberangkatan. Jarak dari ruang tunggu hingga menuju kapal memakan waktu berjalan sekitar 15 menit. Jadi kita sebaiknya mengalokasikan waktu yang cukup sebelum jadwal keberangkatan.

Area Depan Kapal

Setelah masuk kapal, hal pertama yang kami lakukan adalah menitip tas. Setelahnya, saya dan Indri langsung menuju ke bar di bagian depan kapal di mana ada banyak sofa-sofa dan sebuah panggung musik di bagian depan kapal. Tentu saja kami tidak memesan minuman apapun di sini dan tidak ada keharusan untuk melakukan itu. Di sini banyak penumpang yang hanya duduk-duduk dan bahkan ada beberapa orang yang tidur selonjoran di bangku panjang.

Locker

Tak lama kapal pun berjalan. Sang raksasa Finlandia pun mulai merayap lepas dari dermaga Helsinki. Jika diperhatikan baik-baik maka akan terdengar suara grotak-grotak es yang pecah saat raksasa Finlandia melaju di atas laut yang membeku. Tak lama berjalan satu band pun mulai manggung di depan kami. Selama perjalanan ada beberapa band lain yang juga naik ke pentas. Uniknya mereka bernyanyi lagu dengan bahasa yang asing di telinga kami. Mungkin Bahasa Finlandia atau bisa jadi Bahasa Estonia. Namun meski demikian tetap terdengar bagus.

Sepanjang perjalanan sesekali saya dan Indri berkeliling kapal yang cukup besar tersebut. Sekali kami pergi ke supermarket kapal yang cukup besar dan membeli beberapa cemilan. Kami pun mencoba pergi ke restoran dan mencari barangkali ada makanan yang bisa kami makan. Sayangnya tidak ada. Pada akhirnya kami menghabiskan sebagian besar waktu di bar bagian depan kapal hingga kapal merapat di Tallinn. Satu hal yang sangat bermanfaat adalah ada wifi sepanjang perjalanan.

Sekitar beberapa waktu sebelum merapat, terdengar pengumuman yang entah dalam bahasa apa, tapi nampaknya mengabarkan bahwa kapal akan segera merapat dan penumpang diminta bersiap-siap. Banyak penumpang pun mulai bergerak meninggalkan bar besar tempat kami duduk. Pemain musik pun sudah berhenti mentas beberapa menit sebelumnya. Saya dan Indri pun turut keluar bar.

Selamat Datang di Tallinn

Tervetuloa Tallinna! Tulisan tersebut besar terpampang sesaat kami keluar dari Kapal Finlandia yang mengantarkan kami dari Helsinki. Artinya kira-kira adalah selamat datang di Tallinn. Kami langsung keluar dari terminal hingga sampai ke ruang tunggu besar. Di tengah jalan kami menemukan kantor turis yang sayangnya sudah tutup, padahal baru sekitar jam 6 sore. Di ruang tunggu tersebut saya pergi ke sebuah mini market untuk membeli tiket public transport. Menurut wikitravel, di Tallinn kita bisa membeli atau mengisi ulang tiket public transport di mini market.

Ruang Tunggu Pelabuhan Tallinn

Tallinn adalah negara Eropa Timur pertama selepas kami dari Nordik. Di sini penetrasi Bahasa Inggris tidak seluas di utara. Namun beruntung ketika saya menyapa petugas yang berjaga di mini market dia bisa berkomunikasi tanpa masalah. Saya memutuskan untuk membeli tiket 24 jam. Harganya adalah 3 Euro per 24 jam plus 2 Euro untuk deposit smartcard. Deposit 2 Euro bisa diambil kembali jika kita mengembalikan smartcard. Hanya saja saya tidak tahu persis mengembalikan ke mana. Menurut wikitravel lagi, ada 3 mode transport utama di Tallinn. Bus, tram dan trolleybus. Tram dan bus bukan hal yang aneh namun trolleybus seumur hidup pertama saya temukan di sini. Trolleybus adalah bus listrik yang sumber tegangan listriknya disalurkan kabel di atas jalan sepanjang jalur bus tersebut. Bayangkan tram hanya saja berwujud bus dan tanpa track. Atau bayangkan bombom car hanya saja berwujud bus besar.

Tallinn Trolleybus. Bus berkuping Listrik.

Selepas membeli tiket saya langsung keluar dari mini market dan menemui Indri yang sudah mengumpulkan beberapa peta. Di Tallinn kami menginap di Hotel Go Shnelli. Sejujurnya kami belum tahu persis itu di mana dan naik apa. Dari sana saya memutuskan bertanya ke petugas security yang bolak-balik cara naik bus ke pusat kota. Petugas yang nampaknya nyaris tidak bisa berbicara sepatah kata Bahasa Inggris pun langsung mengajak saya berjalan keluar terminal dan mengacung-ngacungkan jarinya ke sebuah halte bus beberapa puluh meter dari gedung terminal.

Go Hotel Shnelli

Setelah berterima kasih saya langsung mengajak Indri ke bus stop tersebut. Saya lupa naik bus apa, dan pada waktu itu saya juga tidak tahu pasti turun di mana namun berbekal peta turis saya memutuskan untuk turun di stop di pusat kota untuk kemudian menyambung tram. Untuk memastikan saya bertanya ke seorang penumpang wanita yang duduk di sebelah Indri. Ia pun membenarkan asumsi arah dan pilihan public transport saya. Bahkan setelah turun dari bus, ia menunjukan tram stop yang menuju hotel kami.

Setelah turun bus, tak lama tram yang kami tunggu datang. Tramnya terlihat sangat tua. Bahkan mungkin itu adalah sisa peninggalan Uni Soviet. Saat naik tram sangat penuh. Saya dan Indri memperhatikan handphone melihat google maps cache menuju tram stop dekat hotel kami. Kami akhirnya turun di stop bernama Balti Jaam. Balti Jaam berarti Baltic Station dalam Bahasa Estonia adalah stasiun kereta utama di Tallinn. Hanya saja jalur kereta Estonia belum terkoneksi ke daratan Eropa lain khususnya Eropa Barat.

Kami berjalan sedikit melewati gedung stasiun yang terlihat sudah gelap. Hotel kami ternyata tepat di sebelah stasiun tersebut. Lucunya, bahkan lorong-lorong menuju kamar di hotel menggunakan karpet beraksen rel kereta. Kami membayar 39 Euro permalam perorang untuk hotel yang lumayan bagus itu. Sesampai hotel kami langsung checkin. Setelah merapih-rapihkan barang kami memutuskan untuk langsung keluar mencari makan malam.

Rel Kereta di Karpet

Dari pencarian internet kami menemukan ada beberapa restoran kebab yang halal di sekitar Tallinn. Salah satunya ada dalam jarak berjalan dari hotel kami. Kami pun memutuskan ke sana sambil melewati atraksi utama wisata Tallinn, Tallinn Old Town. Hotel kami berlokasi persis di depan area old town. Setelah keluar dan menyeberang jalan kami sudah di area kota tua. Seperti namanya, di sini ada banyak bangunan tua yang telah berdiri sejak sekitar abad 15-17. Sambil menuju ke restoran kami memutuskan untuk sedikit mengeksplorasi old town yang cukup cantik di malam hari.

Old Town

 

Wifey in Old Town

Kami makan malam di sebuah resto kebab yang ada di sisi lain old town. Awalnya kami kesulitan mencari tempat ini sebab titik di google maps menunjukan restoran ini ada di tengah-tengah jalan raya. Setelah kami periksa lagi ternyata resto ini tepatnya berada di underpass yang memang berposisi di tengah bagian bawah jalan. Setelah makan kami memutuskan untuk pulang naik bus lalu beristirahat.

13 Februari 2014

Morning Tallinn

 

Kereta Regional di Balti Jaam

 

Balti Jaam

Tujuan utama kami hari ini adalah Tallinn TV tower. Tallinn TV Tower berada agak di luar pusat kota. Setelah naik tram ke pusat kota, kami mencari bus menuju ke sana. Sayangnya setelah berputar-putar ke beberapa stop, kami tidak menemukan nomor bus yang kami cari. Belakangan kami sadar bahwa bus tersebut tidak berhenti di bus stop luar tapi menunggu di terminal bus di basement sebuah mall besar di depan kami. Perjalan bus ke Tallinn TV tower memakan waktu sekitar 20 menit.

TV Tower

Sesampai TV tower yang ternyata berlokasi di daerah perbukitan kami langsung masuk ke area. Hingga kini tower tv tersebut masih beroperasi. Harga tiket masuknya adalah 7 Euro perorang. Dari seluruh TV tower hanya 2 tingkat paling atas selain area tiket di bagian bawah yang terbuka untuk turis. Saat naik lift, ada animasi lift yang naik hingga ketinggian sekitar 140 meter diiringi dengan background music yang cukup menarik. Di bagian atas kita bisa melihat seputar Tallinn. Di area ruang pandang ini juga ada banyak alat peraga dan panel informasi. Ada periskop juga yang bisa melihat pemandangan menggunakan kamera yang nampaknya berada di seputaran menara. Di panel informasi ada banyak informasi seperti statistik akses informasi seperti internet di Estonia. Di karpet lantai tertulis beberapa panah penunjuk ke arah beberapa kota besar dunia, termasuk Jakarta. Di lantai ruang pandang juga ada bagian lantai yang berupa kaca di mana kita bisa melihat bagian bawah menari dari ketinggian 140 meteran tersebut.

Slow Motion Rising

 

140 Meters Above Ground

 

Satu Contoh Panel Peraga

 

Pemandangan di Luar Kaca

Di atas ruang tunggu ada restoran. Kami memutuskan makan siang roti sambil ngeteh. Di bagian restoran kita bisa keluar untuk merasakan angin dan suasana di ketinggian 140 meter. Tidak perlu khawatir ketinggian sebab ada pagar kawat yang cukup tebal. Jika itu kurang menantang menara tv ini menawarkan atraksi berjalan di pinggir menara tanpa kawat dengan badan yang diikat kabel pengaman. Setelah makan kami turun, membeli beberapa souvenir dan memutuskan kembali ke hotel untuk shalat.

Tea Time

Di Luar Restoran TV Tower

Old Town

Tallinn Old Town

Selesai shalat kami kembali mengeksplorasi kota tua, kini dengan ditemani matahari sore. Kami berputar-putar di kota tua hingga malam. Sebelum pulang kami makan malam di resto kebab yang sama. Setelahnya kembali ke hotel untuk packing perjalanan berikutnya menuju Riga.

14 Febuari 2014

Terminal Bus Tallinn

Kami keluar hotel pagi hari sekali. Beruntung menurut peta cukup satu kali naik tram ke Terminal Bus Tallinn. Perjalanan ke sana sekitar 20 menit. Setelah turun tram sudah langsung terlihat bus yang bisa dibilang sangat bagus tersebut. Dari sini kita bisa naik bus ke beberapa kota seperti St. Pietersburg Rusia, Villinius di Lithuania dan termasuk Riga tujuan kami. Cerita pun berlanjut di Riga.

 

7 respons untuk ‘Selamat Datang di Tallinn

Tinggalkan komentar